Kawan kawan... piye kabare? (bahasa Jogja atau bahasa Jawa yg artinya apa kabar?)
Di sini aku akan menceritakan sedikit cerita perjalanan saya di Daerah Istimewa Jogjakarta. Cerita ini dimulai dari mendaratnya pesawat yang aku tumpangi, sampai tulisan ini diposting. Yaa kira-kira ini adalah ceritaku selama kurang lebih 3 hari berada di kota Srisultan Hamengkubuwono.
Jogjakarta, kota yang belum pernah aku kunjungi di dunia nyata. Sebenarnya aku pernah berkunjung di kota ini, malahan beberapa kali, tapi itu hanya terjadi di dunia mimpiku saja hahaha... "Suatu saat nanti aku ingin melanjutkan studi di Jogja - Kota yang memiliki Universitas No. #1 di Indonesia, Universitas Gajah Mada - sebelum pergi merantau jauh menuntut ilmu di Negeri Paman Sam, Amerika Serikat, tempatnya dua universitas terbaik di dunia: Harvard University dan Massachusetts Institute of Technology (MIT)". Benar-benar mimpi di siang bolong.
HARI KE-SATU
"Dear passengers. Lamp seat belt sign has been turned on. Please go back to your seat and put on your seat belt!". Kalimat itu menyadarkanku dari tidurku. Tiba-tiba datang seorang pramugari kepadaku...
"Maaf, tolong mejanya dilipat dan sandaran kursinya diluruskan. Sebentar lagi kita mendarat"
Akupun hanya membalasnya dengan anggukan sambil memperbaiki sandaran kursi.
"Tak terasa sudah sampai" kataku dalam hati.
Memang, perjalanan menggunakan pesawat dari Bandara Soekarna-Hatta Jakarta menuju Adisicipto Jogjakarta hanya memakan waktu 1 jam. Lebih tidak membosankan dibanding dengan perjalanan dari Bandara Sam Ratulangi ke Jakarta yang memakan waktu 3 jam.
Secara spontan aku yang duduk di seat 16A mendekatkan kepalaku hingga dekat jendela agar bisa melihat kota Jogja. Dari atas, kota ini terlihat lebih rapi dari pada kota Manado. Jalanannya padat tetapi tidak macet seperti Jakarta. Dan banyak gedung-gedung universitas yang bertebaran menghiasi kota... pikirku "ini baru keren..." :)
15.10 WIB. Setibanya di bandara aku bingung harus berbuat apa. Jalan menuju pintu keluarpun tidak tahu. Selain itu, aku tidak tahu harus menginap di mana selama di sini. Sebenarnya aku punya teman yang kuliah di sini, tapi selama beberapa hari ke depan dia sibuk dengan kegiatan kampusnya jadi tidak bisa menemaniku. - Sejujurnya ini adalah perjalanan pertamaku ke luar kota sendirian- Satu hal yang ku punya yaitu modal keberanian. "Nekat tapi harus pintar. Selagi masih bisa ngomong, bertanyalah jika tidak tahu".
Aku pun mulai melangkah secara pasti. Berlagak tahu semua tentang Jogja. Pikirku ini gampang saja. Ikuti saja petunjuk-petunjuk arah yang ada pasti menemukan jalan. Trik lainnya yaitu mengikuti rombongan penumpang yang baru saja turun bersamaku, toh mereka juga pasti akan menuju pintu keluar hehehe...
Sepuluh menit berjalan aku tidak menemukan tanda "Exit/Keluar". Rombongan yang aku ikuti pun banyak yang singgah mengambil bagasi mereka. Kuputuskan saja untuk memisahkan diri karena yang ku tahu, di beberapa bandara (atau mungkin semuanya) di dekat tempat pengambilan bagasi pasti ada jalan keluar. Benar saja, aku pun sampai di luar bandara.
Sekarang yang ada di dalam pikiranku yaitu kemana lagi setelah ini. Aku harus cepat mengambil keputusan karena batrey henpon ku sebentar lagi habis. Bisa gawat. Mau menghubungi siapa kalau henpon mati. Segera kuputuskan untuk mencari penginapan. Tapi sekali lagi pertanyaan yang muncul: mau cari penginapan di mana??? Mahal atau tidak?? Pertanyaan ini muncul karena uang yang ada lumayan tetapi bisa dalam sekejap hilang kalau menginap di penginapan yang mahal. Aku tidak kehabisan akal. Aku pun menghampiri supir taksi yang sedang mencari penumpang, kataku dengan logat jogja yang dipaksakan...
"Mas, taksi dong..."
"Iya de, mau kemana?"
"Antarkan saya ke kampus UKDW yaa mas"
(UKDW yang menjadi tujuan saya karena kampus itulah yang menjadi alasan aku ke jogja)
"Mari de, saya antarkan ke sana" kata supir taksi itu sambil membawakan koper saya.
Tak lama kami berjalan, kami pun sampai di tempat mobil-mobil taksi berkumpul. Kemudian supir taksi itu berbicara dengan seorang wanita di sebuah stand yang nampaknya itu adalah stand dari grup taksi yang akan aku tumpangi. Si supir dan wanita itu berbicara dengan bahasa Jawa yang membuatku bingung menerjemahkannya. Satu kalimat yang dapat kucerna hanyalah "Rumah Sakit Bethesda" yang langsung dibalas oleh wanita itu "yo wes". Awalnya aku bingung. Kenapa yang dibilang itu Rumah Sakit Bethesda?? Mau apa?? Waduh bisa bisa aku tersesat.
"Enam puluh ribu mas tarifnya..." kata wanita itu, sambil menunjukkan peta dan daftar tarif taksi sesuai dengan tempat tujuan. Telunjuknya menunjuk tepat ke Rumah Sakit Bethesda. Kuperhatikan dengan seksama. Ternyata lokasi kampus UKDW bersebelahan dengan Rumah Sakit Bethesda itu. Batinku pun lega. Aku baru mengerti sekarang...hhhmmm. Aku pun langsung memberikan uang Rp. 60.000 kepada wanita itu yang belakangan baru aku tahu namanya dari nametag di kemejanya yang terleter besar: AYU PUSPITA. Sesudah itu supir yang membawa koperku langsung memasukan koper dan ransel yang kugendong sedari tadi ke dalam mobil. Aku pun berangkat meninggalkan bandara.
Dalam perjalanan aku masih terpikir tentang di mana aku akan tinggal selama di Kota Gudeg ini. Suatu keberuntungan bagiku adalah si supir ternyata orangnya ramah dan suka bercerita sehingga ada kesempatan bagiku untuk bertanya terutama tentang penginapan. Sejak keluar dari area bandara ia tak henti-hentinya bertanya kepadaku, mulai dari nama, asal sampai apa tujuan datang ke kotanya. Saat aku bilang bahwa aku ke Jogja untuk mendaftar kuliah, si supir merespon biasa saja (yaa hal itu dianggap biasa karena rata-rata anak muda datang ke Jogja dari berbagai daerah untuk kuliah...). Tapi saat dia tahu aku mau mendaftar S2, ehh kagetnya minta ampun...
"Ha??? Kamu mau mendaftar S2??"
"Iya mas, emangnya kenapa?? (masalah buat lo?? hahahaha )"
"Aku kirain kamu baru selesai Ujian Nasional trus mau mendaftar kuliah... S2 toh sampeyan??"
"Emangnya tampang aku kayak tampang anak SMA gitu ya mas?? (yaa Tuhan terima kasih aku dipuji hahaha.... *para pembaca jangan iri yaa hahaha*"
Tak berapa lama kemudian. Aku pun bertanya tentang penginapan yang dari tadi aku cemaskan.
"Mas, di dekat UKDW ada gak tempat penginapan yang murah?? yang harga kantong mahasiswa gitu mas..."
"oh ada mas. Kalau mau nanti aku antarkan. Harganya Rp. 70.000 per malam. Kamarnya lumayan besar, tempat tidurnya juga besar, ada kipas angin, kamar mandi dalam, teh dan makanan ringan untuk pagi dan sore. Gimana mas?"
Tanpa berpikir lama aku langsung mengiyakan tawaran itu. "Iya iya mas, di situ aja. Makasih loh mas..."
HOTEL DW2
17.40 WIB. Baru sekitar lima menit aku sampai di kamar bernomor 2 hotel di kawasan jalan Adisucipto ini, aku langsung mengobrak abrik koperku, mengeluarkan pakaian dan perlengkapan untuk mandi. Ransel langsung ku kosongkan. Pikirku, aku tidak boleh "malas" jalan-jalan di kota ini.
Celana jeans pendek, kaos oblong kuning dan sepasang sendal hitam terlihat mantap menghiasiku malam itu. Ransel kesayanganku yang sudah menemaniku dalam berbagai perjalanan di nusantara ini kugendong kembali. Ku ambil henpon, MP3 mini, dan terakhir pintu ku tutup. Aku siap menikmati kota Jogja.
Sebenarnya dalam benakku, aku tidak tahu harus kemana. Memang kota Jogja memiliki banyak tempat-tempat yang bagus untuk dikunjungi oleh para wisatawan, tapi yang aku tahu hanyalah Malioboro dan Keraton. Sempat ku lihat di peta kota Jogjakarta yang ada di pintu masuk hotel, dan ternyata hotel tempatku menginap jaraknya jauh dengan Malioboro, apalagi Keraton. Tetapi niatku sudah sekeras baja. Aku harus merasakan ramainya Jogja di malam hari. Aku putuskan untuk pergi ke kedua tempat itu dengan menggunakan becak. Kebetulan di depan hotel ada becak yang mangkal (aaahh si abang becak, seperti sinetron aja, begitu dibutuhkan langsung muncul hahahaha :D). Setelah tawar menawar akhirnya aku dan si tukang becak pun sepakat dengan tarif perjalanan dari hotel ke Malioboro lanjut ke Keraton kemudian balik lagi ke hotel dengan harga Rp. 30.000 dari yang semula dibanderol Rp. 50.000. Syukurlah.
Malam itu Jogja terlihat ramai sekali - entah ini penilaianku sebagai orang baru atau karena malam itu adalah malam Minggu -. Dari becak yang melaju kencang, aku melihat banyak anak muda yang berjalan di trotoar. Ada yang menggandeng tangan pacarnya, ada yang jalan sendiri, ada juga yang bergerombolan. Mereka yang bersepeda pun banyak yang menikmati udara malam Jogja. Tak kalah banyak juga dari antara gerombolan pejalan kaki atau pesepeda itu gadis-gadis "khas" Jogja. Kulit mereka memang tidak putih seperti kebanyakan gadis-gadis di Manado maupun di kota Kembang Bandung. Tapi yang menarik dari mereka yaitu wajah mereka yang begitu manis. Aku katakan begitu manis karena manisnya bukan sembarang manis. Manisnya bukan karena polesan makeup. Manisnya itu kawan-kawan....... original!!! Susah diungkapkan dengan berbagai bahasa yang terbatas ini. Tapi kalau kalian pernah melihat artis yang namanya Prisia Nasution, hhhmmm... pasti kalian bisa mendeskripsikan sendiri apa yang kukatakan tadi...hehehe
Dalam perjalanan menuju Malioboro dan Keraton, aku singgah di tempat yang tak kala ramai di kota ini. Alun-alun kota Jogjakarta. Ramainya bukan main. Mungkin pada saat malam Minggu aktifitas hangout warga Jogja terpusatkan di tempat ini. Mulai dari anak-anak, anak muda sampai kakek-kakek dan neneknya pun ada di sini. Mereka datang ke tempat ini mungkin karena banyak hal yang bisa mereka nikmati. Ada sulap, ada lapak lapak buku loak hingga yang terbaru yang diberi diskon, ada jualan pakaian yang beralaskan tikar berjejer di sepanjang trotoar, ada kios-kios yang berjualan makanan supermurah, dan masiiiihhh banyak lagi. Aku sendiri pusing mau pilih yang mana. Akhirnya aku memilih mengunjungi lapak buku saja. Di situ tidak terlalu banyak tetapi juga tidak terlalu sedikit pengunjungnya, jadi aku sedikit bebas melihat-lihat. Selain banyak buku-buku baru tetapi juga banyak buku-buku bekas yang masih bagus. Harganya pun murah, mulai dari Rp. 5.000 sampai kira-kira yang paling mahal Rp. 70.000. Itupun ada yang didiskon kawan-kawan!! Dan lagi, masih bisa ditawar jika kita membeli 2 atau 3 ataupun lebih. Gimana?? Berminat?? Visit Jogjakarta hahahaha :D
Tak lama kemudian, setelah puas memilih buku-buku dan berlama-lama di lapak buku karena banyak pengunjung ceweknya (hahahaha...) aku pun melanjutkan perjalanan menuju Keraton. Malioboro aku putuskan untuk mengunjunginya nanti saja mengingat saat itu sudah pukul 19.45 WIB. Selain itu aku juga belum mengisi perut seharian ini. Tidak banyak yang bisa kuceritakan tentang perjalananku di Keraton, sebab apalah yang kulakukan selain hanya melihat-lihat, sama seperti yang diberlakukan di Istana Kepresidenan Jakarta.
Setelah melihat-lihat sebentar di daerah Kesultanan, akupun langsung kembali ke hotel bersama becak yang sedari tadi sabaaaaar sekali menungguku saat aku jalan-jalan. Sekitar 15 sampai 20 menit aku sudah sampai di depan hotel. Langsung saja kubayar tarif becak itu kepada si tukang becak yang masih ngosngosan karena mengantarku. Sebelum masuk ke hotel, aku mampir dulu di kios makanan samping hotel untuk mengisi perutku. Es teh manis dan nasi ayam kusantap habis saat itu. Setelah itu aku kembali ke kamar, merebahkan tubuh letih ini, menikmati alam bawah sadar yang nyenyak dan tentram karena puas menghabiskan malam Minggu di kota
Jogjakarta, Kota Istimewa.
BERSAMBUNG KE HARI KE-DUA..............
Cerita nonfiksi. Cerita perjalanan.
Dari Galeria Mall Jogjakarta tulisan ini aku posting untuk kawan-kawan sekalian...
Man Jadda Wajada. Dream | Faith | Fight .
06/05/13
Posts by : Admin
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
1 komentar:
Tagantong...
Posting Komentar