Berkerut dahiku. Bahkan sampai memerah mataku, membaca segala tulisan yang amat abstrak ini.
Abstrak. Segalanya berbicara tentang sang Ilahi!
Aku menanggapi. Aku menganalisa dengan cara menafsirnya. Aku mencoba memahami apa yang ku imani!
Tak mudah memang. Apalagi jika menyikut alam berpikir filsafati! Juga, firman yang telah diterjemahkan itu mesti berdiskusi dengan konteks, di mana kita berpijak!
Sering, tangan ini tak mampu lagi menopang buku-buku itu
depan wajahku. Bak pohon-pohon yang roboh diterjang ombak pantai Selatan
hingga ke Malioboro!
Kadang juga, rasa rindu kepada seorang srikandi di jauh
sana bisa menjadi penyemangatku, saat pikiran dan raga mulai melesu.
Walau sering tak sampai karena begitu rapatnya pintu hati itu, tapi ku
tahu ada sedikit yang tembus melalui celah-celah angin. Otakku menolak
lupa tentang dirimu!
Pernah memang aku merintih karena kerinduan, seperti dan
seperih apa yang dikatakan dan dirasakan Sujidwo Tedjo pada kekasihnya
"Jika dengan j#ncuk pun tak sanggup aku menjumpaimu, dengan air mata
mana lagi dapat kuketuk pintu hatimu?", tapi citaku ternyata lebih kuat,
demi cintaku!
Inilah sedikit sajak bebas "di saat perjuangan cita bertemu
dengan perjuangan cinta" keberikan untukmu wahai srikandi, misteri sang
Ilahi.
*kurasa aku tak mau menafsirkan misteri sang Ilahi yang satu ini. Aku mau menikmati lekuk likunya!
(O2.27|270514|YK)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar