dengan kegelapanMu, apa yang coba kau ajarkan terhadap kekosongan hatiku?
Hatiku kosong. Kosong hingga membuatnya gelap. Maksudku bukannya gelap total sih, wahai Malam...
tapi memang agak sedikit tidak berwarna hingga ia terasa gelap, kosong...
Ada titik-titik cahaya memang di sana. Bersinar... memberi nuansa tersendiri bagi hatiku yang kosong itu.

seakan memberi secercah harapan. Seakan ingin mengatakan masih ada cahaya yang bisa dinikmati...
Malam... memang aku punya sahabat-sahabat yang selalu bersamaku. Aku punya keluarga dan para saudara yang selalu menopangku. Mereka itulah yang kuibaratkan dengan titik-titik cahaya itu. Namun... rasanya tetap ada yang kurang. Ada yang hilang sejak setahun lalu, wahai Malam.
Ada orang yang dulunya selalu tertawa di ruangan itu, marah, menangis, murung, bersemangat, namun kini dia sudah pergi meninggalkan ruangan itu.
Pernah dan masih ku terpikirkan untuk mencari atau bahkan menerima jika ada yang datang untuk menempati ruangan itu, wahai malam. Namun sepertinya belum ada yang pas dengan kursi spesial yang ada di ruangan itu. Satu-satunya kursi yang ada di sana. Mungkin kursi yang kusediakan di ruangan itu kurang nyaman. Atau mungkin mereka yang pada akhirnya tidak nyaman. Aahh... sama saja.
Wahai Malam... apa yang kau coba ajarkan kepadaku?
Bersabar?
[Malam hari. 23.45 7/03/14
Klitren Lor. Gondokusuman.
YK.]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar